cover
Contact Name
Desy Ayu Krisna M
Contact Email
kdesyayu@gmail.com
Phone
+6281542316447
Journal Mail Official
kdesyayu@gmail.com
Editorial Address
Dalem Mangkubumen KT III/237, Kraton
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur Pendapa
ISSN : 18580335     EISSN : 27155560     DOI : 1037631
Core Subject : Engineering,
Topik yang dapat dipublis dalam jurnal ini mencakup teoritisi, sejarah, filosofi, spiritual, kerajaan, bangsawan, kampung, perdesaan, cagar budaya (heritage), kawasan, lanskap (landscape), dan budaya arsitektur Jawa Mataram, arsitektur lokal Indonesia dan hal-hal seputar ilmu arsitektur pada umumnya baik teoritik, rancang bangun maupun teknologi.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2019)" : 5 Documents clear
Redesain rumah susun tipe 54 di Kelurahan 24 Ilir dan 26 Ilir Palembang, penerapan green architecture pada bangunan dan kawasan Hidayat, Mirza; Pangarso, Fransiscus Xaverius Budi; Ayuningtyas, Nurina Vidya
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.100

Abstract

Di kota Palembang terdapat hunian yang sudah lama dikenal oleh masyarakat yaitu rumah susun tipe 54 yang berlokasi di kelurahan 24 Ilir dan 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Rusun tipe 54 adalah rusun milik Perum Perumnas (Perusahaan Umum Perumahan Nasional) dibangun pada tahun 1981. Rusun tipe 54 adalah rusun sederhana milik (Rusunami), artinya kepemilikan unit ruang hak milik penghuni. Seiring berjalannya waktu dengan sistem kepemilikan, menjadikan rusun ini tampak kumuh dan semerawut karena penghuni dengan keinginannya merubah, mengurangi dan menambah ruang. Pihak pengelola tidak menerapkan peraturan tegas terhadap penghuni rusun karena ruang tersebut adalah hak milik penghuni, karena itu perlunya dibenahi sistem pengelolaan rusun, supaya tidak terulang kembali. Rencana Pemkot dan Perum Perumnas untuk merancang ulang rusun tipe 54 (Redesign), karena tidak layak berada di perkotaan dan tidak layak huni. Pihak Perum perumnas merencanakan rusun bertingkat dengan ketinggian bangunan mencapai 20 lantai, tetapi harus disesuaikan dengan peraturan peruntukkan pada kawasan tersebut. Wilayah perkotaan yang sebagian besar kegiatannya adalah komersil, gedung rusun beserta kawasannya direncanakan menyediakan fasilitas komersil sebagai daya tarik masyarakat terhadap kawasan rusun. Konsep arsitektur yang tepat diterapkan pada rusun yang berada berada di wilayah perkotaan mampu memberikan dampak positif terhadap efek buruk pembangunan, meminimalkan polusi udara yang disebabkan kendaraan bermotor, adanya pengelolaan sampah, adanya pengelolaan air bekas pakai dan hemat energi. Konsep yang mampu menanggulangi permasalahan tersebut adalah konsep green architecture. Rusun yang baru diharapkan keberadaannya dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan alam dan masyarakat kota Palembang.
Fenomena ragam spiritualitas rumah Jawa Wibowo, Satrio Hasto Broto
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.101

Abstract

Budaya spiritualitas masyarakat Jawa terwujud dalam beragam arsitektur rumah Jawa.  Spiritualitas dalam ragam  rumah Jawa masih banyak yang belum terungkap menjadi ilmu pengetahuan. Penelitian ini bertujuan mengungkap ragam spiritualitas yang mendasari keberadaan ragam rumah Jawa di berbagai wilayah Jawa. Riset lapangan (field research) menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  spiritualitas dalam rumah Jawa berupa keberadaan sumber spiritualitas di dalam dan di luar  rumah Jawa yang berpengaruh terhadap penghuni maupun fisik arsitektural. Sumber spiritual yang berada di dalam rumah berupa Sunan Walisanga, Dewi Sri (mbokde Sri) dan Pasungdari. Keberadaan mereka termnifesatasikan pada ruang (senthong tengah dan pusat rumah)  da pada  rangka rumah. Sumber spiritual yang berada di luar rumah adalah Ratu Kidul di Laut Selatan dan Dewa-dewi di Keblat. Keberadaan mereka berimplikasi pada arah hadap rumah Jawa menghadap Selatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rumah Jawa memiliki ragam spiritualitas yang berbeda-beda dan  mendasari terbentuknya arsitektural rumah Jawa.
GEDUNG PERTUNJUKAN SENI (TEATER) DI BANYUMAS Dengan Penekanan Arsitektur Post Modern – Neo Vernakular Ginanjar, Akhmad; Yuniastuti, Tri; Murti, Desy Ayu Krisna
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.97

Abstract

Banyumas sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, merupakan daerah yang mempunyai kebudayaan yang kental, antik, dan unik. Banyumas lebih dikenal dengan bahasa ngapaknya, yang bagi sebagian orang terdengar lucu, dan apa adanya sesuai dengan ikon daerahnya yakni Bawor dengan senjatanya kudi. Banyumas juga tak bisa terlepas dari arus globalisasi dan social media. Pengaruh negatif yang terjadi di Banyumas adalah dengan mulai punahnya beberapa seni tradisional, yaitu Gondolio dari Desa Tambaknegara, Rawalo, Tari Buncis dari Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Dhalang Jemblung Sumpiuh dan Tambak, Sintren dari Purwojati, Rengkong di Kutaliman, Kedungbanteng, Cepetan dari Desa Watu Agung Tambak, Rinding dari Gumelar, dan Baritan Desa Plana, Somagede. Di sisi lainnya minimnya fasilitas gedung kesenian juga jadi masalah tersendiri di Kabupaten Banyumas.Melihat hal itu, sangatlah dibutuhkan sebuah ruang untuk pelestarian dan pengembangan berbagai seni Banyumas. Ruang yang mampu mewadahi proses pertunjukan, regenerasi, dan pengembangan seni Banyumas. Sebuah Gedung Pertunjukan Seni (Teater) Banyumas, dengan karakter Arsitektur Post Modern- Neo Vernakular bisa dijadikan antitesa hal tersebut. Karena disatu sisi unsur-unsur local Banyumas musti terus dilestarikan dan dikembangkan dalam dunia arsitektur dan dalam segala bidang.
Ragam Hias Mirong Simbol Kebesaran dan Kepemilikan Bangunan Milik Raja Kasultanan Yogyakarta Sukirman, Sukirman; Murti, Desy Ayu Krisna
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.98

Abstract

Bangunan Rumah Tradisional Keraton Yogyakarta banyak yang dihiasi khususnya menggunakan ornamen tradisional Jawa berupa stilirisasi bentuk tumbuh-tumbuhan. Diantara ragam hias mirong, yang bila melihat bentuknya bukan stilirisasi tumbuhan. Tidak terdapat dokumen yang menyertai proses pembuatan ragam hias mirong yang menerangkan makna dan artinya, sehingga muncul berbagai persepsi tentang mkana dan arti ragam hias mirong. Satu diantaranya mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (penguasa laut selatan). Di samping untuk menghias beberapa bangunan di dalam keraton mirong juga dipergunakan untuk menghias bangunan Masjid Agung Yogyakarta, yang menjadi persoalan, relevankah pemaknaan bahwa mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (Penguasa Ratu Selatan). Masyarakat awam belum tahu makna dan artinya, padahal mirong merupakan bagian dari karya, cipta, rasa, dan karsa Keraton Yogyakarta yang merupakan ciri khas dan identitas bangunan, ragam hias dan budaya Keraton.
Konsep simbolisme pohon hayat pada Pusat Batik Yogyakarta Putra, Alfonsus Nanda Fianto; Setyawan, Hadi; Wibowo, Satrio Hasto Broto
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.99

Abstract

Batik adalah karya budaya asli Yogyakarta dan Indonesia secara umum yang telah ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya intangible dunia. Penetapan batik sebagai karya budaya dunia oleh Unesco mendorong dilakukannya penelitian untuk perlindungan terhadap batik. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan konsep disain wadah atau badan Pusat Batik Yogyakarta. Konsep disain ini merupakan manifestasi dari kebutuhan akan wadah fisik yang berfungsi untuk menjaga, mengembangkan dan membina batik. Hal tersebut dilakukan sebagai  bentuk implementasi safeguarding terhadap warisan budaya intangible batik oleh Unesco. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi lapangan dan literatur; sedangkan metode disain digunakan metode simbolisme menurut Broadbent, 1980. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh temuan bahwa batik sebagai warisan dunia merupakan bagian dari hasil budaya dunia yang turut mewarnai budaya dunia tak benda yang layak untuk dijaga, dikembangkan dan dibina agar tetap lestari dan berkelanjutan terus menerus keberadaannya. Dari penelitian ini juga telah berhasil ditemukan  konsep disain Pusat Batik Yogyakarta sebagai wadah penjaga batik dengan mengambil motif pohon hayat sebagai simbol  perwujudan tata dan bentuk masa (bentuk bangunan). 

Page 1 of 1 | Total Record : 5